
Saya agak terkejut ketika Aldo, anak kedua saya yang berumur 7,5 tahun, tiba-tiba mengajak pergi ke Pantai Bentar Sabtu pagi kemarin. Dalam pemikiran saya, Pantai Bentar adalah pantai yang gersang dan panas, kira-kira 5 km ke arah timur kota Probolinggo, tanpa ada apa-apa untuk dilihat selain laut Jawa di sebelah utara, serta bukit Bentar di sebelah selatan. Bahkan pada tahun 1980-an, pantai ini terkenal angker sebagai tempat pembuangan mayat korban "Petrus" (penembak misterius) saat itu.
Memasuki pintu gerbang lokasi dan belok kiri menuju area parkir, saya menjadi tambah terkejut lagi dengan apa yang saya temui.
Pantai Bentar sudah banyak berbenah. (Mungkin banyak warga Probolinggo yang sudah tahu ya?) Entah sudah berapa tahun yang lalu terakhir kali saya mengunjungi pantai Bentar dan yang saya lihat sekarang bukan lagi tempat yang gersang dan panas. Di sana-sini sudah banyak terdapat pepohonan (walau saya rasa masih kurang banyak), dan yang paling mengejutkan adalah tersedianya berbagai wahana rekreasi bagi anak-anak, mulai dari kereta wisata, sepeda air, perahu wisata, kolam renang, playground (taman bermain), hingga tempat untuk pentas seni serta outbound. Wah, salut bagi Pemerintah Kabupaten Probolinggo yang telah mengelola pantai Bentar dan mengubahnya menjadi tempat rekreasi yang cukup mengasyikkan.
Setelah melalui loket masuk dengan tiket seharga Rp. 3,000.- per orang (murah, kan?), anak-anak mengajak kami ke lokasi kereta api wisata. Saat itulah saya mengetahui bahwa kamera yang saya bawa tidak berisi baterai sama sekali. Baterai yang sedang saya charge tertinggal di rumah. Akhirnya, setelah bertanya ke sana kemari di stan-stan penjual di sekitar lokasi dan hanya menemukan baterai ABC biasa, saya terpaksa harus balik ke pasar Dringu yang berjarak kira-kira 2 km untuk membeli baterai Alkaline yang saya butuhkan. (Semoga dalam waktu dekat, akan ada toko atau stan yang menyediakan barang-barang kebutuhan pengunjung dengan lebih lengkap).
Sekembalinya di lokasi, saya mendapati kedua anak saya sedang asyik menaiki sepeda air. Saya tertawa melihat wajah tegang Alya, yang masih berumur 3,5 tahun, saat menangis ketakutan di tengah kolam. Petugas yang saya ajak ngobrol menjelaskan bahwa kedalaman kolam itu hanya sekitar 1 meter saat air laut tidak pasang dan terhubung dengan laut melalui saluran kecil.
Puas dengan sepeda air, sekarang giliran kereta wisata yang berdekatan lokasinya. Dengan tiket yang juga Rp. 3,000.-per anak (lagi-lagi, murah kan?), pengunjung dibawa menyusuri jalur kereta mengelilingi kolam yang berbatasan dengan laut Jawa. Kereta itu (termasuk jalurnya) adalah kereta pengangkut tebu (lorry) yang sudah dimodifikasi dan dihias sedemikian rupa sehingga menjadi kereta wisata yang menyenangkan bagi anak-anak.
Usai naik kereta, Aldo mengajak saya bermain bola yang memang sudah dibawanya dari rumah. Tidak demikian dengan Alya. Dia tidak mau ikut bermain bola dan lebih tertarik untuk bermain di taman bermain. (naluri perempuan yang umumnya tidak menyukai olah-raga ternyata sudah 'aktif' sejak usia dini.) Lapangan tempat kami bermain bola sebenarnya sangat ideal sebagai lokasi outbound. Hanya saja jumlah pohon rindang masih belum mencukupi, ditambah fasilitas yang masih minim harus diperhatikan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Probolinggo sebagai pengelola.
Sekarang giliran urusan perut. Di lokasi banyak terdapat stan penjual bakso, rujak manis, kelapa muda, dan makanan/minuman lainnya. Bisa dibayangkan segarnya minum es kelapa muda langsung dari kelapanya di siang hari yang cukup panas. Mohon maaf, hanya ada gambarnya.
Sebelum pulang, saya menyempatkan diri melihat dari dekat satwa-satwa liar yang ada di sana, di antaranya rusa, burung merak (Peacock), dan ular python. Saya sangat terkesan dengan burung merak biru atau nama lainnya adalah merak India (Pavo cristatus), yang semuanya berjumlah kira-kira 4 ekor. Saat itu, si merak jantan tengah menarik perhatian betinanya dengan mengembangkan ekornya. Betul-betul indah sekali.
Itulah sekilas tentang Pantai Bentar, pantai yang dulu terkesan angker, panas, dan gersang, namun sekarang telah berbenah diri dan bersolek sedemikian rupa sehingga masyarakat bisa menikmati potensinya sebagai wahana wisata keluarga. Secara obyektif, Pantai Bentar tidak kalah jika dibandingkan dengan Pasir Putih di Situbondo. Bahkan, jika anda sedang mengadakan perjalanan ke Bali, pantai Bentar bisa menjadi tempat istirahat yang sangat ideal di tengah perjalanan.