
Sejak 14 abad yang lalu, Al-Quran telah menyebutkan bahwa pluralitas (kemajemukan), yaitu keragaman keyakinan manusia, adalah rancangan Allah, atau hukum alam yang ada dan tidak akan hilang tanpa kehendakNya.
Ayat di atas menerangkan bahwa jika Allah SWT. berkehendak agar seluruh manusia beriman kepada-Nya, maka hal itu akan terlaksana, karena hal itu adalah mudah bagi-Nya. Tetapi Dia tidak menghendaki hal itu. Dia berkehendak melaksanakan sunah-Nya di alam ciptaan-Nya ini, dan tidak seorang pun dapat merubahnya kecuali Dia sendiri yang menghendakinya. Di antara sunah-Nya itu ialah memberi manusia akal, pikiran dan perasaan yang membedakannya dengan malaikat dan makhluk-makhluk yang lain. Dengan akal, pikiran dan perasaannya itu manusia menjadi makhluk berbudaya, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, baik untuk dirinya, untuk orang lain maupun untuk alam semesta ini. Kemudian manusia diberi balasan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya itu; perbuatan baik dibalas dengan pahala dan perbuatan jahat dan buruk dibalas dengan siksa.وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Wa lau syaa'a rabbuka la'aamana man fil ardi kulluhum jami'aa, a fa anta tukrihunnaasa hattaa yakuunuu mu'miniin
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (QS. Yunus:99)
Segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak Allah SWT. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kehendak-Nya. Allah swt. menunjuki dan memudahkan seseorang beriman, bila orang itu mau memahami dan mengamalkan ayat-ayat yang telah disampaikan kepada para Rasul-Nya dan Dia memandang hina dan mengazab setiap orang yang tidak mau memahami dan mengamalkan ayat-ayat-Nya.وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Wa maa kaana li nafsin an tu'mina illaa bi iznillaah, wa yaj'alur-rijsa 'alal-ladziina laa ya'qiluun
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS. Yunus:100)
Sekiranya Allah SWT. menghendaki, tentu Dia dapat menjadikan manusia hanya mempunyai satu syariat dan satu jalan yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan. Allah SWT. menghendaki manusia menjadi makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dst.وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Wa anzalnaa ilaikal-kitaaba bil-haddi mushaddiqal limaa baina yadaihi minal kitaabi wa muhaiminan 'alaihi fahkum bainahum bimaa anzalallaahu wa laa tattabi' ahwaa'ahum 'ammaa jaa'aka minal haqq, li kullin ja'alnaa minkum syir'ataw wa minhaajaa, wa lau syaa'allaahu la ja'alakum ummataw waahidataw wa laakil li yabluwakum fii maa aataakum fastabiqul khairaat, ilallaahi marji'ukum jamii'an fa yunabbi'ukum bimaa kuntum fiihi takhtalifun
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al-Maa'idah:48)
Untuk itulah, Allah SWT. mengutus para Rasul untuk menjelaskan kepada manusia mana yang baik dilakukan dan mana yang terlarang dilakukan. Manusia dengan akal, pikiran dan perasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat menilai apa yang disampaikan para Rasul itu. Tidak ada sesuatu paksaan bagi manusia dalam menentukan pilihannya, apakah yang baik atau yang buruk. Islam tetap menghormati pilihan individu, mengakui kebebasan dalam mengambil pilihan pribadi sesuai dengan keyakinan masing-masing, yang masing-masing akan berbuah imbalan atau konsekuensi di akhirat nanti.
Maha Bijaksana Allah yang telah menciptakan manusia, sang khalifah bumi, dengan hak istimewa berupa kebebasan untuk memilih sesuai dengan keyakinannya. Allah SWT. menghendaki dan memberikan syariat tersendiri kepada tiap-tiap umat untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya. Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Allah swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka.لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Laa ikraaha fid-diin, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur bit-thaaguuti wa yu'mim billaahi fa qadistamsaka bil 'urwatil-wusqaa lanfishaama lahaa, wallaahu samii'un aliim
Tidak ada paksaan untuk agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 256)
Begitulah Al-Quran memandang Pluralitas di antara umat manusia. Sepakat untuk saling berbeda tentang identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa liya diin), dengan batas yang jelas menyangkut akidah keimanan. Bersikap dewasa dalam perbedaan, dan saling menghormati pilihan. Akan tetapi, jangan sampai kita tergelincir ke dalam pemahaman yang salah bahwa semua agama adalah sama. Pasti ada satu pilihan terbaik, - pilihan yang diridhoi oleh Allah SWT di antara sekian banyak pilihan. Oleh karena itu seharusnya manusia menggunakan akalnya untuk memilih dan berlomba-lomba menuju jalan yang terbaik, berbuat kebaikan dan beramal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir Muhammad saw., syariat yang menggantikan syariat sebelumnya, untuk kepentingan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
Fa li zaalika fad', wastaqim kamaa umirt, wa laa tattabi' ahwaa'ahum, wa qul aamantu bimaa anzalallaahu min kitaab, wa umirtu li a'dila bainakum, Allaahu rabbunaa wa rabbukum, lanaa a'maalunaa wa lakum a'maalukum, laa hujjata bainanaa wa bainakum, Allaahu yajma'u bainanaa, wa ilaihil-mashiir.
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: `Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita).(Asy-Syuuraa:15)