Tipu Daya Setan Dalam Ibadah: Waspadalah!

0
Seringkali kita merasa malas ketika akan beribadah, seperti shalat, lalu menunda-nunda ibadah kita hingga menjelang akhir waktu shalat, padahal kita sedang tidak melakukan kesibukan apa-apa. Atau meskipun kita shalat, kita tergesa-gesa dan merasa tidak perlu berlama-lama dalam mengerjakannya. Seringkali juga, kita mampu menghindarkan diri dari kedua hal di atas, dengan cara shalat tepat pada waktunya tanpa tergesa-gesa, kemudian kita tiba-tiba merasa kagum (ujub) terhadap ibadah kita atau kita sendiri. Bahkan mungkin kita akan terjebak dalam perbuatan riya'. Saat itulah kita harus segera waspada dan mawas diri, karena itulah langkah-langkah setan yang telah terbukti sangat ampuh dalam memperdaya dan menjerumuskan manusia dalam hal ibadah.

Dalam bukunya "Minhaj al-'Arifin", Imam Al-Ghazali merinci langkah-langkah setan dalam memperdaya manusia menyangkut ibadah menjadi 7 (tujuh), yaitu:
  1. Mencegah perbuatan taat. Ini adalah godaan tingkat terendah, di mana setan akan berusaha mencegah perbuatan taat kita. Jika iman kita masih tipis, dengan langkah pertama ini saja kita akan jatuh ke dalam ajakan setan untuk meninggalkan ibadah kita. Karena itu, kita harus selalu ingat bahwa kita diciptakan Allah hanyalah untuk beribadah dan taat kepadaNya.
    Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Dzaariyaat:56)
  2. Menunda perbuatan taat. Inilah yang akan dikerjakan setan jika kita masih selamat dari godaan pertama. Setan akan berusaha membuat kita menunda perbuatan tersebut, hingga kita lupa atau waktu kita habis dan kita tidak juga melaksanakan ibadah tersebut. Ini sering kita alami saat tiba waktu shalat. Karena itu, marilah kita selalu berusaha shalat tepat pada waktunya.
  3. Ketergesaan dalam perbuatan taat. Setelah gagal mencoba membuat kita menunda ibadah kepada Allah, karena kita ternyata mampu melaksanakan ibadah tersebut, maka setan akan berusaha membuat kita tergesa-gesa dalam menyelesaikan ibadah. Setan akan membisikkan bahwa kita tidak perlu berlama-lama dalam beribadah. Hasilnya adalah ibadah yang kurang sempurna, misal shalat yang tidak tuma'ninah. Kita harus berusaha untuk selalu menyempurnakan shalat kita dengan tuma'ninah, karena tuma'ninah adalah syarat shalat yang khusyuk. Jika kita melakukannya dengan penuh ketenangan, maka pikiran akan lebih terkonsentrasi, tindakan kita akan diringi dengan kesadaran tinggi, dan kita bisa berlatih mengendalikan pikiran dan emosi kita.
  4. Menyempurnakan perbuatan riya'. Jika target masih lolos dari perangkap-perangkap di atas, setan akan menggodanya dengan bisikan agar orang tersebut jatuh ke dalam perbuatan riya'. Korban akan merasa senang jika kualitas ibadahnya membuat orang kagum akan dirinya. Kita harus selalu waspada terhadap perbuatan riya' serta bibit-bibit riya' yang tersembunyi dalam jiwa kita. Salah satu dari ciri-ciri perbuatan riya' adalah merasa malas beribadah jika sedang sendirian dan merasa giat beribadah jika berada di kumpulan orang, dengan harapan agar orang melihat ketaatannya dalam beribadah. Marilah kita segera beristighfar jika kita menyadari ada bisikan-bisikan yang mengarah ke sana agar tidak terjerumus lebih jauh lagi ke dalam perbuatan riya'.
    "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan  barang berguna." (Al-Maa'uun: 4-7)
  5. Merasa kagum (ujub) terhadap perbuatannya. Jika ternyata Allah swt masih menjaga target dari riya', setan akan memasukkan rasa kagum (ujub) terhadap perbuatannya. Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Imam Al Ghozali menuturkan, "Perasaan 'ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Allah." Perasaan ujub sangat berbahaya karena bisa mendatangkan kemurkaan Allah dan bisa bermuara pada sifat ghurur (terperdaya), takabur, dan memandang remeh orang lain. Untuk menghindari perasaan ujub, kita harus selalu ingat akan hakikat diri dan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Kita harus selalu bermuhasabah (introspeksi diri) dan selalu memohon pertolongan Allah.
    "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (Al-Israa': 37)
    "Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". (An-Naml: 31)
  6. Merasa ingin menjadi terkenal. Jika ternyata target masih lolos dan Allah masih memberinya ketaatan, maka setan akan menggodanya dengan bisikan agar orang tersebut berusaha keras secara diam-diam (al-sir) sambil berkata padanya, "Sesungguhnya Allah akan membuatmu terkenal." Maksud setan adalah agar korban terjerumus ke dalam perbuatan riya'. Nauzubillah.
  7. Merasa tidak lagi membutuhkan perbuatan taat. Apabila ternyata si mangsa masih selamat dari godaan setan dengan cara mencukupkan diri dengan ilmu yang dikaruniakan Allah kepadanya, maka setan akan melancarkan strategi berikutnya. Setan akan berkata kepadanya, "Sesungguhnya kamu tidak lagi membutuhkan perbuatan taat, karena kamu telah diciptakan Allah sebagai orang yang akan memperoleh kebahagiaan. Kamu tidak lagi membutuhkan perbuatan itu dan seandainya kamu tinggalkan kamu tidak akan rugi." Apabila Allah masih menyelamatkannya dari godaan ini, Allah akan mengilhamkan ungkapan berikut kepadanya, "Aku adalah hamba. Kewajiban seorang hamba adalah mentaati segala perintah Tuannya. Sebagai Tuan, Dia akan berbuat apa yang Dia sukai, dan menghukum sesuai yang Dia kehendaki." Dengan taufikNya, dia akan selamat dari godaan setan. Bila tidak, niscaya dia akan celaka.
Hendaknya kita selalu bersikap waspada terhadap jiwa. Jiwa bisa menjadi musuh yang sangat berbahaya, karena datang dari dalam diri manusia dan seringkali tanpa kita sadari. Seseorang tidak akan mampu menundukkan jiwa dan mematikan hawa nafsunya, kecuali melalui tiga cara:
  1. Menahan syahwatnya
  2. Memberati jiwanya dengan banyak melakukan ibadah
  3. Selalu memohon pertolongan Allah dan bersikap tadharru' (bersimpuh) kepadaNya.
Semoga kita semua senantiasa mendapat pertolongan Allah swt dan dijauhkan dari keburukan-keburukan jiwa kita sendiri. Amin.
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu  kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Asy syams: 8-10)

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)